Baru beberapa hari para adik-adik SMA dan yang
setingkat SMA melaksanakan UN, kini giliran adik-adik SMP dan yang setingkat
SMP melaksanakan UN. Anehnya, dari banyak media masa, social network dan FB
khususnya yang aku baca, semuanya baik guru, orang tua siswa, dan peserta UN
itu sendiri mereka dihantui oleh rasa ketakutan mereka terhadap nilai.
Banyak siswa yang takut TIDAK LULUS. Banyak orang
tua siswa juga takut anaknya TIDAK LULUS. Namun, harapan dari para guru-guru
ini yang menyimpa rahasia. Benarkah mereka takut siswanya TIDAK LULUS...? atau
Mungkinkah mereka hanya takut nama sekolahnya tercemar lantaran banyak siswanya
yang TIDAK LULUS...? Sampai sekarang pertanyaan itu masih menyimpan misteri.
Bodohnya lagi, dunia pendidikan di Indonesia ini ke-LULUS-an ditentukan oleh
nilai hasil UN. Saya pribadi juga belum tahu sebenarnya saya yang bodoh,
sekolahnya yang bodoh, gurunya yang bodoh, atau siswanya yang bodoh? Atau
mungkin emang pendidikan di Indonesia ini bertujuan untuk mencetak
generasi-generasi penerus bangsa yang bodoh?
Nilai UN tinggi dinyatakan LULUS. Nilai UN rendah
dinyatakan TIDAK LULUS. Semudah itu dunia pendidikan di Indonesia ini
menyatakan LULUS dan TIDAK LULUS terhadap penerus-penerus bangsa. Eittzz...,
sorry, LULUS UN belum tentu penerus bangsa, TIDAK LULUS UN juga belum tentu
perusak bangsa. Coba kita lihat Nazarudin,,,! dia juga LULUS UN, tapi dia malah
perusak bangsa. Banyak pejabat-pejabat dan mantan pejabat di Indonesia yang
pastinya mereka semua LULUS UN, tapi apa? Kebanyakan dari mereka adalah sampah
yang mengotori citra bangsa. So... sepenting itukah sebuah nilai...?
Pantas saja para pejabat dan wakil rakyat di
Indonesia ini di butakan oleh besarnya NILAI RUPIAH.
Saya berharap yang baca catatanku ini memahami
maksud yang tersirat di dalamnya....
Thanks...
Thanks...